Rabu, 20 Februari 2013


PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN MODEL PEMBELAJARAN

A.    Pendahuluan
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan perfikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya!!! Ketika anak didik kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan’ standar proses pendidikan  (SPP) memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan serta standar-standar lainnya’ tanpa didukung oleh standar proses yang memadai’ maka standar-standar tersebut tidak akan memiliki nilai apa-apa. Dalam konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat perhatian bagi pemerintah.[1]
Dalam implementasi Standar Proses Pendidikan’ guru merupakan komponen yang sangat penting sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru.Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai’ karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas.Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru.Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya’tetapi mereka juga sebagai makluk social dengan latar belakang yang berlainan.Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya’ yaitu aspek intelektual’ psikologis’ dan biologis.[2]
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik disekolah.Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.Sehingga berakibat guru merasa belum berhasil dalam mengajar.
Oleh karena itu dengan adanya permasalahan diatas maka’ perlu adanya perubahan dan pembaharuan baik didalam pendekatan’ strategi’ metode’ teknik’ dan model pembelajaran guna mengoptimalkan potensi anak didik yang teraktualisasi dalam mendisain dan skenerio pembelajaran yang sangat berguna dalam mencapai iklim PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan) dengan proses IIM3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi) peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Keanekaragaman model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran merupakan upaya agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik . Ini berarti tidak ada model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran yang paling baik, atau yang satu lebih baik dari yang lain. Baik tidaknya akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
B.     Pembahasan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.
1.      Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2.      Strategi  Pembelajaran
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak dikenal dalam lingkungan militer).Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau tehnik.[3]
Secara sempit strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai penerapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan terhadap proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.[4]
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, dalam Wina Sanjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.[5]Terdapat banyak ragam dari strategi pembelajaran, para pengajar dapat memilih dan menerapkan atau bahkan menyintesis strategi yang sesuai dengan lingkungan pembelajaran, sehingga tercipta penyampaian pelajaran yang efektif.[6]
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu jika diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.       Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.      Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d.      Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.   Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta  Didik
Strategi yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk    memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran.[7]
b.   Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pendidik
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik, perencana, pelaksanaan dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik. Sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan deduktif.
Beberapa macam srtategi dalam pembelajaranadalah sebagai berikut.
1.      Strategi Pembelajran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori ini menekankan proses bertutur/menjelaskan sehingga guru berperan sebagai subjek yang harus bisa membawa siswa untuk menguasai materi.
Hasil belajar yang diperoleh dari strategi pembelajaran ekspositori adalah pemahaman, bukan ingatan.Melalui penjelasan, siswa dapat mamahami hubungan sebab akibat, memahami prosedur, memahami prinsip, membuat analogi.Sehingga hasil belajar siswa adalah bisa menjelaskan kembali dengan bahasanya sendiri.[8]
2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Pada strategi pembelajaran ini menekankan kapada proses mencari dan menemukan. Materi tidak diberikan secara langsung sehingga siswa berperan untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitatordan pembimbing dalam belajar.
Strategi ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Contoh metode heuristic adalah analisis alat tujuan dan melacak tujuan yang diinginkan.[9]
3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah(SPBM)
Dalam Startegi pembelajaran berbasis masalah ini, guru memberikan kesempatan siswa untuk menentukan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.Permasalahan bisa bersumber dari teks, atau peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar.

3.      Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajarandapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; [10](2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, (10) metode mengajar dengan modul dan sebagainya.[11]

4.      Teknik dan Taktik Pembelajaran
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Tehnik-tehnik pembelajaran digolongkan oleh Knowles  ke dalam tujuh jenis. Pertama adalah tehnik penyajian (presentasi) yang mencakup : ceramah,  siaran televise dan videotape, film dan slide,  debat, dialog, dan tanya jawab, symposium, panel, wawancara kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, siaran radio, pementasan, kunjungan , dan telaah bacaan. Kedua adalah tehnik pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar yang mencakup : Tanya jawab, forum, kelompok pendengar, panel bereaksi, kelompok buzz, bermain peran dan panel berangkai. Ketiga adalah tehnik untuk diskusi yang mencakup antara lain : diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus. Keempat adalah tehnik-tehnik simulasi yang terdiri antara lain atas : bermain peran, pemecahan masih kritis, studi kasus, dan pelatihan keranjang (basket) .Kelima adalah tehnik-tehnik pelatihan kelompok T (sensitivity training).Keenam adalah tehnik-tehnik pelatihan tanpa bicara.Ketujuh adalah tehnik-tehnik pelatihan keterampilan praktis dan kepelatihan.Singkatnya, tehnik pembelajaran itu bervariasi, sedangkan penerapannya dapat dipilih dan ditetapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan.[12]
Sementarataktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).

5.      Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega,) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa  mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

strategi pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

C.    Pengembangan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran dalam Pendiodikan Islam
Dalam andagium ushuliyah dikatakan bahwa ”Al-amru bi sya’i amru bimawilihi walil wasa’ili hukmul maqosidi” Artinya perintah pada sesuatu (termasuk didalamnya pendidikan) maka perintah pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan apa yang dituju. Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al- Maidah ayat 35 yang artinya carilah jalan (metode) yang mendekatkan diri kepada-Nya dan bersungguh sungguh pada jalan-Nya. QS Al- Maidah: 35.
Implikasi andagium ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan Islam adalah dalam proses pelaksanaan pendidikan Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat guna menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita- citakan. Metode yang dimaksud diatas adalah metodologinya termasuk didalamnya pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran agama Islam sebagaimana penjelasan dibawah ini.
1.      Pendekatan dan Strategi  Pendidikan Islam
Perwujudan strategi pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan Islam yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)nya. Secara umum pendekatan pendidikan terbagi atas dua macam yaitu inquiry approach dan expositori approach.
Inquiry approach adalah seorang pendidik hanya menampilkan faktor, kejadian atau demonstrasi. Tiap-tiap anak didik dianjurkan untuk mengajukan sebanyak-banyak hipotesis dan pertanyaan kepada pendidik.
Expositori approach adalah seorang pendidik berperan lebih dominan dalam proses belajar-mengajar. Untuk tahap awal, pendekatan ini efektif dilakukan, karena potensi anak didik belum tampak sebagaimana firman Allah SWT, yaitu: QS.Al-Baqarah ayat 151 dan QS. Al-Imron ayat 104.
Dari dua firman itu, dapat dipastikan bahwa pendekatan dalam metode pendidikan Islam dapat dilakukan dengan enam macam, yaitu:
a.       Pendekatan tilawah
Pendekatan tilawah meliputi membacakan aya-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat Allah, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah mempunyai keteraturan yang bersumber dari Rabbul ‘Alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah bimbingan ahli kompetensi ilmiah dengan landasan akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalanya penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.
b.      Pendekatan tazkiah
Pendekatan ini meliputi: menyucikan diri mereka dengan upaya amar makruf dan nahi mungkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Bentuk ini bertujuan untuk memelihara kebersiahan diri dari lingkungannya, memeliahara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan menajuhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian lingkungannya. Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan, kelompok-kelompok usrah, riyadhoh keagamaan, ceramah, tabligh, pemeliharaan syiar Islam, kepemimpinan tebuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial.[13]
c.       Pendekatan Ishlah
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepinacangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menjembatani perbedaan paham,  seperti ukhuwah Islamiah dengan aplikasinya kunjungan kekelompok dhuafa, kampanye amala shaleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan badan amil zakat dan shodaqoh (Bazis). Serta pendekatan ta’lim al-Kitab, pendekatan ta’lim Al-Hikmah, dan yuallimukum malam takunu ta’lamun.[14]

2.      Metode dalam pendidikan Islam.
Metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah:
a.       Metode diakronis
Suatu metode megajar ajaran Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komperatif tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga anakdidik memiliki pengetahuan yang relevan, melimilki hubungan sebab akibat atau kesatuan integral. Lebih lanjut anak didik dapat menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya tiap komponen, bagian, subsistem, sistem dan supersistem ajaran Islam. Wilayah metode ini terarah pada aspek kognitif.
Metode diakronis ini disebut juga metode sosio-historis, yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu kenyataan kepercayaan, sejarah. Metode ini menyebabkan anak dididk ingin mengetahui, memahami, menguraikan dan meneruskan ajaran-ajaran Islam dari sumber-sumber dasarnya, yakni al-Quran dan as-Sunnah serta pengetahuan tentang latar belakang masyarakat, sejarah budaya disamping siroh Nabi SAW.
b.      Metode induktif (al-Istiqroiyah)[15]
Metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi yang khusus (juz’iyah) menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan metode ini adalah agar anak didik dapat mengenai kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui riset. Serta metode deduktif (al-istimbathiyah), metode empiris (tajribaiyah), metode problem dan solving (hallul musykilat).

3.      Teknik pendidikan Islam.
Realisasi dari metode pendidikan Islam diatas dapat diaplikasikan dengan cara-cara praktis yang disebut dengan teknik pendidikan Islam. Adapun teknik-teknik pendidikan Islam adalah:
a.       Teknik periklanan (al-ikhbariayah) dan teknik pertemuan (al-mudlaroh). Teknik yang dilakukan dengan cara memasang iklan, pemberiatahuan, pengumuman, surat kabar, atau majalah.teknik ini pun dapat dilakukan dengan tatap muka langsung antara anak didik dengan pendidik.Untuk merealisaikan tehnik ini dapat digunakan ceramah dan tulisan (al-kitabah).


b.      Teknik dialog (hiwar)
Teknik yang disajikan dengan suatu topik masalah yang di lakukan melalui dialog antara pendidik dan anak didik. Untuk merealisasikan teknik dialog dipergunakan teknik-teknik sebagai berikut: teknik tanya jawab (al-asilah wa ajwibah), teknik diskusi (an-naqosy), teknik bantah-membantah (al-mujadalah), teknik barain storming (sumbang saran). Teknik lain adalah teknik bercerita (al-Qoshos), teknik metafora (al-amisal), teknik drill (al-mumarosah al-amal), teknik koreksi dan kritik (at-tanbiqiah), teknik perlombaan (al-musabaqah).

4.      Model Pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran pendidikan Islam. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru yang mengacu pada metodologi pembelajaran agama Islamyang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam.
D.    Kesimpulan
Adanya tuntutan mutu pendidikan dan kurang variatifnya penggunaan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran mengakibatkan proses dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan harapan dan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, baik didalam model, pendekatan, strategi maupun metodenya guna mengoptimalkan potensi siswa yang teraktualisasikan dalam mendesain model dan skenario pembelajaran yang sangat berguna dalam mencapai iklim  PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) dengan proses IIM3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi)
Keanekaragaman model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran merupakan upaya agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik . Ini berarti tidak ada model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran yang paling baik, atau yang satu lebih baik dari yang lain. Baik tidaknya akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar guna menghantarkan tercapainya semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam. 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Mukti. Metodologi penelitian Agama; sebuah pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1989.

Aripin, ilmu Pendidikan,Jakarta : Bumi aksara,2000.

Airasian. Peter W,Kerangka Pembelajaran Pengajaran dan Assemen,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Bahri. Syaiful, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Daradjat.Zakiah,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Hajar.Ibnu, Hypno Teaching, Jogjakarta:Diva Press,2012.

Mujib.Abdul & Juyuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Marno&M. idris, Strategi & Metode Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

Sudjana.S, DKK.Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif.Bandung : Falah Production,2001.

Sanjaya.Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2007.



[1] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta : Kencana, 2007), xiv.
[2] Syaiful Bahri& Asan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 1.
[3]Aripin, ilmu Pendidikan.(Jakarta : Bumi aksara,2000)  56
[4]Sujadna S. DKK. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung : Falah Production,2001), 37
[5]Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran..., (Jakarta : Kencana, 2007). 15
[6]Ibid., 15
[7]Sujadna S. DKK. Metode….,(Bandung : Falah Production,2001),.37-39
[8]Marno&M. idris, Strategi & Metode,…(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), . 109
[9]Peter W. Airasian, Kerangka Pembelajaran Pengajaran dan Assemen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),   84
[10] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 292
[11]Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 85
[12]Sudjana.Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung: Falah Production,2001),  15-16
[13]Abdul Mujib & Juyuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 178
[14]Ibid, 179
[15]A. Mukti Ali, Metodologi Penelitian Agama :sebuah pengantar,(Jogyakarta  : tiara wacana Jogya, 1989). 74.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar