|
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Pendidikan atau
tarbiah, menurut pandangan Islam, adalah merupakan bagian dari tugas
kekhalifahan manusia. Allah adalah Rabb al Alamin, juga Rabb al Nas. Tuhan
adalah yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidik manusia. Karena
manusia adalah khalifah Allah, yang berarti bahwa manusia mendapat kuasa dan
limpahan wewenang dari Allah untuk melaksanakan pendidikan terhadap alam dan
manusia, maka manusialah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan
tersebut.[1]
Seperti dalam Firman Allah yang
berbunyi: al-An’am 165
اتَّبِع ما أوحِىَ إِلَيكَ مِن رَبِّكَ ۖ لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ ۖ وَأَعرِض عَنِ المُشرِكينَ ﴿١٠٦﴾
“Ikutlah
apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”
Mendidik atau
melaksanakan aktifitas al tarbiah, menurut arti dasarnya adalah mempertumbuh
dan mengembangkan alam dan manusia. Ini berarti bahwa manusia harus mendidik
diriya sendiri agar menjadi tumbuh dan berkembang bersama dengan pertumbuhan
dan perkembangan alam. Jadi pendidikan adalah aktifitas manusia terhadap
manusia dan untuk manusia. Pendidikan meyangkut pula masalah-masalah yang
berhubungan dengan sifat dasar manusia,
hakikat dan tujuan hidupnya, serta hal-hal lain dalam perikehidupanya.
|
- Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian dasar dan tujuan pendidikan Islam?
2. Bagaiamana
pijakan/dalil naqli tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam?
3. Bagaimana
rumusan pemikir muslim tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam?
- Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian dasar dan tujuan pendidikan Islam
2. Untuk
mengetahui pijakan/dalil naqli tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui rumusan pemikir muslim tentang dasar
dan tujuan pendidikan Islam
|
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dasar
dan tujuan pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam
konteks pemikiran pendidikan Islam, ada beberapa istilah yang digunakan untuk
makna pendidikan, yaitu tarbiah yang akar katanaya rabba, ta’dib yang
akar katanya addaba, dan ta’lim yang akar katanya ‘allama.[2]
Meskipun
demikian istilah ini menunjukkan pada orientasi dan pendekatan yang
berbeda-beda, namun ungkapanya sering ditemukan dikalangan pemikir muslim.
Penggunaan
ketiga istilah di atas, tentu membawa konsekwensi dan implikasi yang berbeda
dalam pelaksanaan dan pengaturan strategi pendidikan itu sendiri.
Istilah
tarbiah dalam pemahamannya yaitu memberikan aksentuasi kegiatannya pada proses
pendidikan yang dilakukan dengan sadar dan terprogram, teratur, sistematis, penuh
pertimbangan dan terarah pada suatu tujuan. Tegasnya istilah ini lebih tepat
jika ditujukan pada pendidikan formal.[3]
|
Secara
definitive, Omar Mohammad al-Toumy al-Syaebani menyebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan masyarakatnya dan kehidupan dalam alam sekitarnya.
Hasan
Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.[4]
Dari
berbagai literatur terdapat berbagai macam pengertian pendidikan Islam. Pendidikan
Islam dapat berarti pula lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kegiatan
yang menjadikan Islam sebagai identitasnya, baik dinyatakan dengan semata-mata
maupun tersamar.[5]
Jadi
definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud
dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.[6]
2. Tujuan Pendidikan Islam
Karena
pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah
telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui
syariat Islam. Pengkajian alam semesta yang disertai pemahaman atas kejelasan
landasan dan tujuan penciptanya akan memperkuat keyakinan dan keimanan manusia
atas keberadaan Allah.[7]
Allah
menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia menciptakan manusia
dengan tujuan untuk menjadi kholifah dimuka bumi melalui ketaatan kepada-Nya. Untuk
mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan hidayah serta berbagai fasilitas alam
semesta kepada manusia. Artinya manusia dapat memanfaatkan alam semesta ini
sebagai sarana merenungi kebesaran Penciptanya. Hasil perenungan itu memotivasi
manusia untuk lebih menaati dan mencintai Allah. Disisi lain, Allah memberikan
kebebasan kepada manusia untuk memilih pekerjaan mana yang akan dipilih
manusia, kebaikan atau keburukan. Namun, malalui para Rasu, Allah memberi
petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata untuk
beribadah kepada Allah.[8]
Menurut
Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia
sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh
manusia menghambakan kepada Allah. Yang
dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat az Dzariyat ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka
beribadah kepada-Ku”.
Jika
tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, pendidikan harus memiliki
tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan
manusia. Bagaimanapun, pendidikan Islam sarat dengan pengembangan nalar dan
penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan
demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada
Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara social.[9]
B. Pijakan/dalil
Naqli Tentang Dasar dan Tujuan Dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Sebagai
aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian,
tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi
programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua
peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai
jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Dasar
pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah al-Quran dan al-Hadis.[10]
Dalam al-Quran, surat Asy-Syuara’, ayat 52:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ
بِعِبَادِي إِنَّكُمْ مُتَّبَعُونَ (٥٢)
“(Allah
berfirman): Dan Kami wahyukan kepada Nabi Musa: "Hendaklah engkau membawa
hamba-hambaKu (kaummu) keluar pada waktu malam; sesungguhnya kamu akan dikejar
(oleh Firaun dan tenteranya)".
Hadis
Nabi yang artinya:
“sesungguhnya
orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak
taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal
pikirannya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta
mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia” (Al-Ghazali, Ihya’ulumuddin h. 90).
Dari ayat al-Quran dan hadis diatas dapat diambil
titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat:
1. Bahwa
al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan
hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang
diridhoi Allah SWT.
2. Menurut
Hadis Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasehati untuk
mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebgai Usaha atau dalam
bentuk pendidikan Islam.
3. Al-Quran
dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk
kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar
saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan
Islam.
Bagi umat Islam maka dasar agama
Islam merupakan fondasi utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena
ajran-ajaran Islam bersifat universal yang mengandung aturan-aturan yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungan-nya dengan sang khalik
yang diatur dalam ubudiah, juga dalam hubungan dengan sesamanya yang diatur
dalam muamalah, masalah berpkaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan
sebagainya.
Urutan prioritas pendidikan Islam
dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan
berturut-turut dalam al-Quran surat Luqman ayat 3:
a. Pendidikan
keimanan kepada Allah SWT.
Surat al-Luqman ayat: 3
هُدًى وَرَحمَةً
لِلمُحسِنين ه ﴿٣﴾ُدًى
وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ
“Menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang sedia
mengerjakan amal-amal yang baik” (al-Luqman:
3)
Pendidikan yang pertama dan utama
untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat
melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
b. Pendidikan
Akhlaqul Karimah
Sejalan dengan usaha membentuk
dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang
mulia. Berakhlak yang mulai adalah modal bagi setiap orang dalam menghadapi
pergaulan antar sesamanya. Baik muamalah dengan Allah ataupun muamalah dengan
sesame baik individu ataupun kolektif. Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak
terbatas pada tali hibungan antara manusia dengan manusia akan tetapi melebihi
itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan
kehidupan ini.
c. Pendidikan
Ibadah
Ibadah secara awam diartikan
sesembahan, pengabdian, sebenarnya adalah istilah yang paling luas dan mencakup
tidak hanya penyembahan, tetapi juga hubungan dengan laku manusia meliputi
kehidupan. Disebut manusia yang taat adalah ketika seseorang/hamba bisa dengan
taat patuh dengan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Tujuan
pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu
untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (S.
Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
وَما خَلَقتُ الجِنَّ وَالإِنسَ إِلّا لِيَعبُدونِ
﴿٥٦﴾
“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu”.
يٰأَيُّهَا
الَّذينَ ءامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَموتُنَّ إِلّا وَأَنتُم
مُسلِمونَ ﴿١٠٢﴾
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan Islam.”
Dalam
konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam
skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat
disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
- Beberapa
rumusan pemikir muslim tentang dasar dan tujuan
pendidikan Islam
Pertama
kali adanya pemikiran pendidikan Islam diawali dengan adanya pada pemikiran
pendidikan pada masa Nabi SAW, masa khulafa Ar-Rasyidin, masa Umayyah, dan masa
Abbasyiah, yang selanjutnya mengenai pemikiran para tokoh tentang pendidikan
Islam yang akan dibahas dalam bahasan
berikut:
- Hasan
Al-Banna
Istilah pendidikan dalam konteks
ajaran Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan term kata, atta’lim,
attarbiah, at-tahzib dan lain-lain. Hasan Al-Banna sering menggunakan istilah
pendidikan dengan at-tarbiah dan ta;lim. At-tarbiah adalah proses pembinaan dan
pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang
dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Seringkali pula kata at-tarbiah diartikan
dengan pendidikan jasmani, pendidikan akal, dan pendidikan qalb. [11]Sedangkan
ta’lim adalah proses transver ilmu pengetahuan agama yang menghasilkan
pemahaman keagamaan yang baik pada anak didik sehingga mampu melahirkan
sifat-sifat dan sikap-sikap yang positif (ikhlas, percaya diri, kepatuhan,
pengorbanan, dan keteguhan). [12]
Pendidikan disini dipandang sebagai
proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki anak didik dengan jalan
mewariskan nilai-nilai ajaran Islam. Aktualisai yang dikehendaki adalah dapat
melahirkan sosok individu yang memliki kekuatan jasmani, akal dan qalb guna mengabdi
pada Allah serta mampu menciptakan lingkungan hidup damai dan tentram. Oleh
karena itu pendidikan disini lebih berorientasi pada ketuhanan, bercorak
universal, dan terpadu, bersifat konstruktif, serta membentuk persaudaraan dan
keseimbangan dalam hidup dan kehidupan.
Lebih detail dalam kajian ini ada
beberapa tujuan pendidikan pada tingkat individu mengarah pada beberapa hal,
diantaranya adalah:
a. Setiapa
individu memiliki kekuatan fisik sehingga mampu menghadapi berbagai kondisi
lingkungan dan cuaca.
b. Setiap
individu memiliki pemahaman akidah yang benar berdasarkan al-Quran dan sunnah.
c. Setiap
individu memiliki kemampuan untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri
atas syariat Allah melalui ibadah dan kebaikan.
d. Setiap
individu mampu menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.[13]
- Muhammad
Natsir
Salah satu
konsep pendidikan yang terkenal dari tokoh ini adalah konsep pendidikan yang
integral, harmonis, dan universal. Konsep pendidikan tersebut tidak lain adalah
bersumber dari Al-Quran dan hadis yang merupakan reaksi dan refleksi terhadap
sosio-historis yang ditemukan masyarakat.[14]
Natsir menilai bahwa pendidikan yang dilaksanakan oleh masyrakat Islam tidak
sesuai dengan konsep pendidikan ideal yang dicita-citakannya. Konsep pendidikan
yang ada adalah konsep pendidikan yang dikotomis dan disharmonis bukan yang
universal, integral, dan harmonis. Kondisi tersebut akibat dari penjajahan
barat selama berabad-abad.
Maka, dari semua
jenis pendidikan hendaknya bertumpu kepada suatu dasar maupun tujuan tertentu. Sedangkan
tujuan utama dari pendidikan adalah ajaran tauhid, mengenal Tuhan, mempercayai,
dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Tauhid diperlukan untuk menjaga harmoni dan
keseimbangan antara intelektual dan spiritual, antara jasmani dan ruhani, dan
antara duniawi dan ukhrowi.
Sasaran ajaran
tauhid adalah pembentukan kepribadian yang juga menjadi sasaran tujuan
pendidikan. Keyakinan terhadap keesaan Allah akan menempa seseorang menjadi
tangguh pribadinya dalam melaksanakan tugas kemanusiaan sebagai hamba Allah,
berani hidup mengarungi berbagai kesulitan, bahaya, tipu daya, dan malapetaka. Sebagai
makhluk social, seorang anak yang telah tertanam dasar tauhid akan mampu melaksanakan
kewajiban dengan penuh tanggung jawab demi kepentingan masyarakat. Tauhid pada
hakikatnya adalah landasan dari seluruh aspek kehidupan manusia dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SAW.
Dengan demikian
tujuan pendidikan merupakan tujuan hidup. Tujuan hidup seorang muslim adalah
berserah diri pada Allah, pengabdian diri kepada Allah.
|
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
- Pendidikan Islam
telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang
banyak dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Namun, pada dasarnya,
semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpulan. Bahwa
pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan Hidupnya secara lebih efektif dan efesien.
- Dasar pendidikan
Islam adalah nilai-nilai social kemasyarakatan yang tidak bertentangan
dengan ajaran-ajaran al-Quran dan Hadis atas prinsip mendatangkan
kemanfaatan dan menjauhkan kemadlaratan bagi manusia.
- Beberapa
rumusan pemikir muslim tentang dasar dan tujuan
pendidikan Islam
Baik,
Hasan al-Banna dan Muhammad Natsir mengganggap Pendidikan sebagai proses
aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki anak didik dengan jalan mewariskan
nilai-nilai ajaran Islam. Aktualisai yang dikehendaki adalah dapat melahirkan
sosok individu yang memliki kekuatan jasmani, akal dan qalb guna mengabdi pada
Allah serta mampu menciptakan lingkungan hidup damai dan tentram. Sedangkan
tujuan utama dari pendidikan adalah ajaran tauhid, mengenal Tuhan, mempercayai,
dan menyerahkan diri kepada Tuhan.
|
DAFTAR
RUJUKAN
Abd.
Aziz, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam,
Surabaya: Elkaf. 2006.
Abdur
Rahman Assegaf, Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Suka Press,
2007.
Arifin.
M, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta, 1993.
Azra.
Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi
dan Modernisasi Menuju Milenium baru, Jakarta: Logos, 2000.
Langgulung.
Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif,
1980.
Muhaimin,
Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004.
Muhmidayeli,
filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Riyadi.
Ahmad Ali, Filasafat pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2010.
Susanto.
A, Pemikiran pendidikan Islam,
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009.
Tobroni,
Pendidikan Islam Paradigm Peologis Filosofis dan Spiritualitas, Malang: UMM Press, 2008.
Zuhairini, filsafat
pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
[1] Zuhairini, filsafat
pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 149
[2] Muhmidayeli, filsafat Pendidikan, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2011), 65.
[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan
Modernisasi Menuju Milenium baru, (Jakarta: Logos, 2000), 4
[4] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang
Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), 94.
[5] Tobroni, Pendidikan Islam
Paradigm Peologis Filosofis dan Spiritualitas, (Malang: UMM Press, 2008), 13.
[6]Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan
Islam Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf. 2006), 6.
[7]Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah
Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), 116.
[10]Muhaimin, Wacana Pengembangan
Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004), 24.
[11]
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan
Islam,… (Jakarta: Gema Insani, 1995), 123.
[12]A. Susanto, Pemikiran pendidikan Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2009), 65.
[13] Ibid., 67.
[14] Ibid., 119.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar