Oleh:
MIRA
SHODIQOH (2341114043)
SEMESTER
III / PI-C
PROGRAM
PASCA SARJANA (S2)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
2013
PENDEKATAN,
STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN MODEL PEMBELAJARAN
A.
Pendahuluan
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan perfikir. Proses pembelajaran
didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak
anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya!!! Ketika anak didik kita lulus dari sekolah
mereka pintar secara teoritis akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan’ standar
proses pendidikan (SPP) memiliki peran
yang sangat penting. Oleh sebab bagaimanapun idealnya standar isi dan standar
lulusan serta standar-standar lainnya’ tanpa didukung oleh standar proses yang
memadai’ maka standar-standar tersebut tidak akan memiliki nilai apa-apa. Dalam
konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat
perhatian bagi pemerintah.[1]
Dalam implementasi Standar Proses Pendidikan’ guru
merupakan komponen yang sangat penting sebab keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itu
upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan
kemampuan guru.Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana
merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai’ karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya
satu strategi tertentu.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut
adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak
didik secara tuntas.Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh
guru.Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala
keunikannya’tetapi mereka juga sebagai makluk social dengan latar belakang yang
berlainan.Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu
dengan yang lainnya’ yaitu aspek intelektual’ psikologis’ dan biologis.[2]
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan
yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik disekolah.Hal
itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan
baik.Sehingga berakibat guru merasa belum berhasil dalam mengajar.
Oleh karena itu dengan adanya permasalahan diatas
maka’ perlu adanya perubahan dan pembaharuan baik didalam pendekatan’ strategi’
metode’ teknik’ dan model pembelajaran guna mengoptimalkan potensi anak didik
yang teraktualisasi dalam mendisain dan skenerio pembelajaran yang sangat
berguna dalam mencapai iklim PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan) dengan proses IIM3 (interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi) peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Keanekaragaman model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran
merupakan upaya agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik . Ini berarti tidak ada model, pendekatan, strategi
maupun metode pembelajaran yang paling baik, atau yang satu lebih baik dari
yang lain. Baik tidaknya akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian
dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga
kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
B.
Pembahasan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi
pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik
pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajarandapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2. Strategi Pembelajaran
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak dikenal dalam
lingkungan militer).Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran
tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara
maksimal. Dalam proses
pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah
metode atau tehnik.[3]
Secara sempit strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai
penerapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran
termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan terhadap proses, hasil
dan pengaruh kegiatan pembelajaran.[4]
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, dalam Wina
Sanjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.[5]Terdapat banyak ragam dari strategi pembelajaran, para
pengajar dapat memilih dan menerapkan atau bahkan menyintesis strategi yang
sesuai dengan lingkungan pembelajaran, sehingga tercipta penyampaian pelajaran
yang efektif.[6]
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun) mengemukakan empat
unsur strategi dari setiap usaha, yaitu jika diterapkan dalam konteks
pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.
Mempertimbangkan dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi
pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Strategi
Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik
Strategi yang berpusat
pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan
bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan
pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.[7]
b. Strategi
Pembelajaran yang Berpusat pada Pendidik
Strategi pembelajaran
yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan
terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam mengajar atau
membelajarkan peserta didik, perencana, pelaksanaan dan penilaian proses serta
hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik. Sedangkan peserta
didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.
Ditinjau dari cara
penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran
induktif dan deduktif.
Beberapa macam srtategi
dalam pembelajaranadalah sebagai berikut.
1.
Strategi Pembelajran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori ini
menekankan proses bertutur/menjelaskan sehingga guru berperan sebagai subjek
yang harus bisa membawa siswa untuk menguasai materi.
Hasil belajar yang diperoleh dari strategi
pembelajaran ekspositori adalah pemahaman, bukan ingatan.Melalui penjelasan,
siswa dapat mamahami hubungan sebab akibat, memahami prosedur, memahami
prinsip, membuat analogi.Sehingga hasil belajar siswa adalah bisa menjelaskan
kembali dengan bahasanya sendiri.[8]
2.
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Pada strategi pembelajaran ini menekankan
kapada proses mencari dan menemukan.
Materi tidak diberikan secara langsung sehingga siswa berperan untuk mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitatordan
pembimbing dalam belajar.
Strategi ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.Contoh
metode heuristic adalah analisis alat tujuan dan melacak tujuan yang diinginkan.[9]
3.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah(SPBM)
Dalam Startegi pembelajaran berbasis masalah ini,
guru memberikan kesempatan siswa untuk menentukan topik
masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas.
Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara
sistematis dan logis.Permasalahan bisa bersumber dari teks, atau peristiwa
yang terjadi dilingkungan sekitar.
3. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajarandapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; [10](2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium;
(6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, (10) metode
mengajar dengan modul dan sebagainya.[11]
4. Teknik dan Taktik Pembelajaran
Metode pembelajaran
dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah
siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas.
Tehnik-tehnik
pembelajaran digolongkan oleh Knowles ke dalam tujuh jenis. Pertama adalah
tehnik penyajian (presentasi) yang mencakup : ceramah, siaran televise
dan videotape, film dan slide, debat, dialog, dan tanya jawab, symposium,
panel, wawancara kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, siaran
radio, pementasan, kunjungan , dan telaah bacaan. Kedua adalah tehnik
pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar yang mencakup : Tanya
jawab, forum, kelompok pendengar, panel bereaksi, kelompok buzz, bermain peran
dan panel berangkai. Ketiga adalah tehnik untuk diskusi yang mencakup
antara lain : diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik, diskusi pemecahan
masalah, dan diskusi kasus. Keempat adalah tehnik-tehnik simulasi yang
terdiri antara lain atas : bermain peran, pemecahan masih kritis, studi kasus,
dan pelatihan keranjang (basket) .Kelima adalah tehnik-tehnik pelatihan
kelompok T (sensitivity training).Keenam adalah tehnik-tehnik pelatihan
tanpa bicara.Ketujuh adalah tehnik-tehnik pelatihan keterampilan praktis
dan kepelatihan.Singkatnya, tehnik pembelajaran itu bervariasi, sedangkan
penerapannya dapat dipilih dan ditetapkan sesuai dengan metode pembelajaran
yang dipilih dan digunakan.[12]
Sementarataktik
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat
dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat
berbeda dalam taktik yang digunakannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara
yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing
guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus
juga seni (kiat).
5. Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan
bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha
Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega,) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E.
Mulyasa mengetengahkan lima model
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis
Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning);
dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo
memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing
istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang
efektif, kreatif dan menyenangkan.
Pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi
nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul
model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
C. Pengembangan Pendekatan,
Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran dalam Pendiodikan Islam
Dalam andagium ushuliyah
dikatakan bahwa ”Al-amru bi sya’i amru bimawilihi walil wasa’ili hukmul
maqosidi” Artinya perintah pada sesuatu (termasuk didalamnya pendidikan)
maka perintah pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama
halnya dengan apa yang dituju. Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat
Al- Maidah ayat 35 yang artinya carilah jalan (metode) yang mendekatkan diri
kepada-Nya dan bersungguh sungguh pada jalan-Nya. QS Al- Maidah: 35.
Implikasi andagium
ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan Islam adalah dalam proses
pelaksanaan pendidikan Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat guna
menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita- citakan. Metode yang
dimaksud diatas adalah metodologinya termasuk didalamnya pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan model pembelajaran agama Islam sebagaimana penjelasan
dibawah ini.
1.
Pendekatan dan Strategi
Pendidikan Islam
Perwujudan strategi
pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan Islam
yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)nya. Secara umum
pendekatan pendidikan terbagi atas dua macam yaitu inquiry approach dan
expositori approach.
Inquiry approach adalah
seorang pendidik hanya menampilkan faktor, kejadian atau demonstrasi. Tiap-tiap
anak didik dianjurkan untuk mengajukan sebanyak-banyak hipotesis dan pertanyaan
kepada pendidik.
Expositori approach
adalah seorang pendidik berperan lebih dominan dalam proses belajar-mengajar.
Untuk tahap awal, pendekatan ini efektif dilakukan, karena potensi anak didik
belum tampak sebagaimana firman Allah SWT, yaitu: QS.Al-Baqarah ayat 151 dan
QS. Al-Imron ayat 104.
Dari dua firman itu,
dapat dipastikan bahwa pendekatan dalam metode pendidikan Islam dapat dilakukan
dengan enam macam, yaitu:
a.
Pendekatan tilawah
Pendekatan tilawah
meliputi membacakan aya-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam
sebagai ayat Allah, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah mempunyai
keteraturan yang bersumber dari Rabbul ‘Alamin, serta memandang bahwa segala
yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Aplikasinya adalah
pembentukan kelompok ilmiah bimbingan ahli kompetensi ilmiah dengan landasan
akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalanya penelitian,
pengkajian, seminar, dan sebagainya.
b.
Pendekatan tazkiah
Pendekatan ini meliputi:
menyucikan diri mereka dengan upaya amar makruf dan nahi mungkar (tindakan
proaktif dan tindakan reaktif). Bentuk ini bertujuan untuk memelihara
kebersiahan diri dari lingkungannya, memeliahara dan mengembangkan akhlak yang
baik, menolak dan menajuhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara
kesucian lingkungannya. Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan
kebersihan, kelompok-kelompok usrah, riyadhoh keagamaan, ceramah, tabligh,
pemeliharaan syiar Islam, kepemimpinan tebuka, teladan pendidikan, serta
pengembangan kontrol sosial.[13]
c.
Pendekatan Ishlah
Pelepasan beban dan
belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang
lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepinacangan yang lemah, memiliki
komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menjembatani perbedaan
paham, seperti ukhuwah Islamiah dengan
aplikasinya kunjungan kekelompok dhuafa, kampanye amala shaleh, kebiasaan
bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan badan amil zakat dan
shodaqoh (Bazis). Serta pendekatan ta’lim al-Kitab, pendekatan ta’lim Al-Hikmah,
dan yuallimukum malam takunu ta’lamun.[14]
2.
Metode dalam pendidikan Islam.
Metode pendidikan Islam
yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah:
a.
Metode diakronis
Suatu metode megajar
ajaran Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan
adanya studi komperatif tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, sehingga anakdidik memiliki pengetahuan yang relevan, melimilki
hubungan sebab akibat atau kesatuan integral. Lebih lanjut anak didik dapat
menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya tiap komponen, bagian,
subsistem, sistem dan supersistem ajaran Islam. Wilayah metode ini terarah pada
aspek kognitif.
Metode diakronis ini
disebut juga metode sosio-historis, yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu
kenyataan kepercayaan, sejarah. Metode ini menyebabkan anak dididk ingin
mengetahui, memahami, menguraikan dan meneruskan ajaran-ajaran Islam dari
sumber-sumber dasarnya, yakni al-Quran dan as-Sunnah serta pengetahuan tentang
latar belakang masyarakat, sejarah budaya disamping siroh Nabi SAW.
Metode yang dilakukan
oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi yang khusus (juz’iyah) menuju pada
kesimpulan yang umum. Tujuan metode ini adalah agar anak didik dapat mengenai
kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui riset. Serta metode
deduktif (al-istimbathiyah), metode empiris (tajribaiyah), metode problem dan
solving (hallul musykilat).
3.
Teknik pendidikan Islam.
Realisasi dari metode
pendidikan Islam diatas dapat diaplikasikan dengan cara-cara praktis yang
disebut dengan teknik pendidikan Islam. Adapun teknik-teknik pendidikan Islam
adalah:
a.
Teknik periklanan (al-ikhbariayah) dan teknik pertemuan (al-mudlaroh). Teknik
yang dilakukan dengan cara memasang iklan, pemberiatahuan, pengumuman, surat
kabar, atau majalah.teknik ini pun dapat dilakukan dengan tatap muka langsung
antara anak didik dengan pendidik.Untuk merealisaikan tehnik ini dapat
digunakan ceramah dan tulisan (al-kitabah).
b.
Teknik dialog (hiwar)
Teknik yang disajikan
dengan suatu topik masalah yang di lakukan melalui dialog antara pendidik dan
anak didik. Untuk merealisasikan teknik dialog dipergunakan teknik-teknik
sebagai berikut: teknik tanya jawab (al-asilah wa ajwibah), teknik diskusi
(an-naqosy), teknik bantah-membantah (al-mujadalah), teknik barain storming
(sumbang saran). Teknik lain adalah teknik bercerita (al-Qoshos), teknik
metafora (al-amisal), teknik drill (al-mumarosah al-amal), teknik koreksi dan
kritik (at-tanbiqiah), teknik perlombaan (al-musabaqah).
4.
Model Pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran
pendidikan Islam. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru yang mengacu pada
metodologi pembelajaran agama Islamyang dapat digunakan untuk mencapai semua
tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam.
D. Kesimpulan
Adanya tuntutan mutu pendidikan dan
kurang variatifnya penggunaan pendekatan, strategi, metode dan teknik
pembelajaran mengakibatkan proses dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan
harapan dan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik. Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya
perubahan dan pembaharuan, baik didalam model, pendekatan,
strategi maupun metodenya guna mengoptimalkan potensi siswa yang
teraktualisasikan dalam mendesain model dan skenario pembelajaran yang sangat
berguna dalam mencapai iklim PAKEM (
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) dengan proses IIM3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi)
Keanekaragaman model, pendekatan,
strategi maupun metode pembelajaran merupakan upaya
agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta didik . Ini berarti tidak ada model, pendekatan, strategi maupun metode
pembelajaran yang paling baik, atau yang satu lebih baik dari yang lain. Baik
tidaknya akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi
yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru
dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar guna menghantarkan tercapainya semua tujuan-tujuan yang ingin diraih
dalam kegiatan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti. Metodologi
penelitian Agama; sebuah pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1989.
Aripin,
ilmu Pendidikan,Jakarta : Bumi aksara,2000.
Airasian. Peter W,Kerangka
Pembelajaran Pengajaran dan Assemen,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Bahri. Syaiful, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Daradjat.Zakiah,Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Hajar.Ibnu,
Hypno Teaching, Jogjakarta:Diva Press,2012.
Mujib.Abdul
& Juyuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006.
Marno&M.
idris, Strategi & Metode Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2008.
Sudjana.S, DKK.Metode dan Tehnik
Pembelajaran Partisipatif.Bandung : Falah Production,2001.
Sanjaya.Wina, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :
Kencana, 2007.
[1]Wina
Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta : Kencana, 2007),
xiv.
[2]Syaiful Bahri& Asan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 1.
[3]Aripin, ilmu Pendidikan.(Jakarta
: Bumi aksara,2000) 56
[4]Sujadna S. DKK. Metode dan
Tehnik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung : Falah Production,2001), 37
[7]Sujadna S. DKK. Metode….,(Bandung
: Falah Production,2001),.37-39
[8]Marno&M. idris, Strategi & Metode,…(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), . 109
[9]Peter
W. Airasian, Kerangka Pembelajaran Pengajaran dan Assemen (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), 84
[10] Zakiah Daradjat, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 292
[11]Syaiful Bahri, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 85
[12]Sudjana.Metode
dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung: Falah
Production,2001), 15-16
[13]Abdul Mujib & Juyuf Mudzakir,
Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 178
[14]Ibid, 179
[15]A.
Mukti Ali, Metodologi Penelitian Agama
:sebuah pengantar,(Jogyakarta : tiara wacana Jogya, 1989). 74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar