Jumat, 22 Februari 2013

PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN MODEL PEMBELAJARAN (PI)



Oleh:
MIRA SHODIQOH (2341114043)
SEMESTER III / PI-C

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
2013


PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN MODEL PEMBELAJARAN

A.    Pendahuluan
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan perfikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya!!! Ketika anak didik kita lulus dari sekolah mereka pintar secara teoritis akan tetapi mereka miskin aplikasi.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan’ standar proses pendidikan  (SPP) memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan serta standar-standar lainnya’ tanpa didukung oleh standar proses yang memadai’ maka standar-standar tersebut tidak akan memiliki nilai apa-apa. Dalam konteks itulah standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat perhatian bagi pemerintah.[1]
Dalam implementasi Standar Proses Pendidikan’ guru merupakan komponen yang sangat penting sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru.Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai’ karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas.Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru.Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya’tetapi mereka juga sebagai makluk social dengan latar belakang yang berlainan.Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya’ yaitu aspek intelektual’ psikologis’ dan biologis.[2]
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik disekolah.Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.Sehingga berakibat guru merasa belum berhasil dalam mengajar.
Oleh karena itu dengan adanya permasalahan diatas maka’ perlu adanya perubahan dan pembaharuan baik didalam pendekatan’ strategi’ metode’ teknik’ dan model pembelajaran guna mengoptimalkan potensi anak didik yang teraktualisasi dalam mendisain dan skenerio pembelajaran yang sangat berguna dalam mencapai iklim PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan) dengan proses IIM3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi) peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Keanekaragaman model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran merupakan upaya agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik . Ini berarti tidak ada model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran yang paling baik, atau yang satu lebih baik dari yang lain. Baik tidaknya akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
B.     Pembahasan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.
1.      Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2.      Strategi  Pembelajaran
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak dikenal dalam lingkungan militer).Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau tehnik.[3]
Secara sempit strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai penerapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan terhadap proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.[4]
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, dalam Wina Sanjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.[5]Terdapat banyak ragam dari strategi pembelajaran, para pengajar dapat memilih dan menerapkan atau bahkan menyintesis strategi yang sesuai dengan lingkungan pembelajaran, sehingga tercipta penyampaian pelajaran yang efektif.[6]
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu jika diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.       Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.      Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d.      Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.   Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta  Didik
Strategi yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk    memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran.[7]
b.   Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Pendidik
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik, perencana, pelaksanaan dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik. Sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan deduktif.
Beberapa macam srtategi dalam pembelajaranadalah sebagai berikut.
1.      Strategi Pembelajran Ekspositori (SPE)
Strategi pembelajaran ekspositori ini menekankan proses bertutur/menjelaskan sehingga guru berperan sebagai subjek yang harus bisa membawa siswa untuk menguasai materi.
Hasil belajar yang diperoleh dari strategi pembelajaran ekspositori adalah pemahaman, bukan ingatan.Melalui penjelasan, siswa dapat mamahami hubungan sebab akibat, memahami prosedur, memahami prinsip, membuat analogi.Sehingga hasil belajar siswa adalah bisa menjelaskan kembali dengan bahasanya sendiri.[8]
2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Pada strategi pembelajaran ini menekankan kapada proses mencari dan menemukan. Materi tidak diberikan secara langsung sehingga siswa berperan untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitatordan pembimbing dalam belajar.
Strategi ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.Contoh metode heuristic adalah analisis alat tujuan dan melacak tujuan yang diinginkan.[9]
3.      Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah(SPBM)
Dalam Startegi pembelajaran berbasis masalah ini, guru memberikan kesempatan siswa untuk menentukan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.Permasalahan bisa bersumber dari teks, atau peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar.

3.      Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajarandapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; [10](2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, (10) metode mengajar dengan modul dan sebagainya.[11]
4.      Teknik dan Taktik Pembelajaran
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Tehnik-tehnik pembelajaran digolongkan oleh Knowles  ke dalam tujuh jenis. Pertama adalah tehnik penyajian (presentasi) yang mencakup : ceramah,  siaran televise dan videotape, film dan slide,  debat, dialog, dan tanya jawab, symposium, panel, wawancara kelompok, demonstrasi, percakapan, drama, rekaman, siaran radio, pementasan, kunjungan , dan telaah bacaan. Kedua adalah tehnik pembinaan partisipasi peserta didik dalam kelompok besar yang mencakup : Tanya jawab, forum, kelompok pendengar, panel bereaksi, kelompok buzz, bermain peran dan panel berangkai. Ketiga adalah tehnik untuk diskusi yang mencakup antara lain : diskusi terbimbing, diskusi buku, diskusi sokratik, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus. Keempat adalah tehnik-tehnik simulasi yang terdiri antara lain atas : bermain peran, pemecahan masih kritis, studi kasus, dan pelatihan keranjang (basket) .Kelima adalah tehnik-tehnik pelatihan kelompok T (sensitivity training).Keenam adalah tehnik-tehnik pelatihan tanpa bicara.Ketujuh adalah tehnik-tehnik pelatihan keterampilan praktis dan kepelatihan.Singkatnya, tehnik pembelajaran itu bervariasi, sedangkan penerapannya dapat dipilih dan ditetapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan.[12]
Sementarataktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).

5.      Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega,) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa  mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

strategi pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
Pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

C.    Pengembangan Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran dalam Pendiodikan Islam
Dalam andagium ushuliyah dikatakan bahwa ”Al-amru bi sya’i amru bimawilihi walil wasa’ili hukmul maqosidi” Artinya perintah pada sesuatu (termasuk didalamnya pendidikan) maka perintah pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan apa yang dituju. Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al- Maidah ayat 35 yang artinya carilah jalan (metode) yang mendekatkan diri kepada-Nya dan bersungguh sungguh pada jalan-Nya. QS Al- Maidah: 35.
Implikasi andagium ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan Islam adalah dalam proses pelaksanaan pendidikan Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat guna menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita- citakan. Metode yang dimaksud diatas adalah metodologinya termasuk didalamnya pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran agama Islam sebagaimana penjelasan dibawah ini.
1.      Pendekatan dan Strategi  Pendidikan Islam
Perwujudan strategi pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan Islam yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)nya. Secara umum pendekatan pendidikan terbagi atas dua macam yaitu inquiry approach dan expositori approach.
Inquiry approach adalah seorang pendidik hanya menampilkan faktor, kejadian atau demonstrasi. Tiap-tiap anak didik dianjurkan untuk mengajukan sebanyak-banyak hipotesis dan pertanyaan kepada pendidik.
Expositori approach adalah seorang pendidik berperan lebih dominan dalam proses belajar-mengajar. Untuk tahap awal, pendekatan ini efektif dilakukan, karena potensi anak didik belum tampak sebagaimana firman Allah SWT, yaitu: QS.Al-Baqarah ayat 151 dan QS. Al-Imron ayat 104.
Dari dua firman itu, dapat dipastikan bahwa pendekatan dalam metode pendidikan Islam dapat dilakukan dengan enam macam, yaitu:
a.       Pendekatan tilawah
Pendekatan tilawah meliputi membacakan aya-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat Allah, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah mempunyai keteraturan yang bersumber dari Rabbul ‘Alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah bimbingan ahli kompetensi ilmiah dengan landasan akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalanya penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.
b.      Pendekatan tazkiah
Pendekatan ini meliputi: menyucikan diri mereka dengan upaya amar makruf dan nahi mungkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Bentuk ini bertujuan untuk memelihara kebersiahan diri dari lingkungannya, memeliahara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan menajuhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian lingkungannya. Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan, kelompok-kelompok usrah, riyadhoh keagamaan, ceramah, tabligh, pemeliharaan syiar Islam, kepemimpinan tebuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial.[13]
c.       Pendekatan Ishlah
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepinacangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menjembatani perbedaan paham,  seperti ukhuwah Islamiah dengan aplikasinya kunjungan kekelompok dhuafa, kampanye amala shaleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan badan amil zakat dan shodaqoh (Bazis). Serta pendekatan ta’lim al-Kitab, pendekatan ta’lim Al-Hikmah, dan yuallimukum malam takunu ta’lamun.[14]

2.      Metode dalam pendidikan Islam.
Metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah:
a.       Metode diakronis
Suatu metode megajar ajaran Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan adanya studi komperatif tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga anakdidik memiliki pengetahuan yang relevan, melimilki hubungan sebab akibat atau kesatuan integral. Lebih lanjut anak didik dapat menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya tiap komponen, bagian, subsistem, sistem dan supersistem ajaran Islam. Wilayah metode ini terarah pada aspek kognitif.
Metode diakronis ini disebut juga metode sosio-historis, yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu kenyataan kepercayaan, sejarah. Metode ini menyebabkan anak dididk ingin mengetahui, memahami, menguraikan dan meneruskan ajaran-ajaran Islam dari sumber-sumber dasarnya, yakni al-Quran dan as-Sunnah serta pengetahuan tentang latar belakang masyarakat, sejarah budaya disamping siroh Nabi SAW.
b.      Metode induktif (al-Istiqroiyah)[15]
Metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi yang khusus (juz’iyah) menuju pada kesimpulan yang umum. Tujuan metode ini adalah agar anak didik dapat mengenai kebenaran-kebenaran dan hukum-hukum umum setelah melalui riset. Serta metode deduktif (al-istimbathiyah), metode empiris (tajribaiyah), metode problem dan solving (hallul musykilat).

3.      Teknik pendidikan Islam.
Realisasi dari metode pendidikan Islam diatas dapat diaplikasikan dengan cara-cara praktis yang disebut dengan teknik pendidikan Islam. Adapun teknik-teknik pendidikan Islam adalah:
a.       Teknik periklanan (al-ikhbariayah) dan teknik pertemuan (al-mudlaroh). Teknik yang dilakukan dengan cara memasang iklan, pemberiatahuan, pengumuman, surat kabar, atau majalah.teknik ini pun dapat dilakukan dengan tatap muka langsung antara anak didik dengan pendidik.Untuk merealisaikan tehnik ini dapat digunakan ceramah dan tulisan (al-kitabah).


b.      Teknik dialog (hiwar)
Teknik yang disajikan dengan suatu topik masalah yang di lakukan melalui dialog antara pendidik dan anak didik. Untuk merealisasikan teknik dialog dipergunakan teknik-teknik sebagai berikut: teknik tanya jawab (al-asilah wa ajwibah), teknik diskusi (an-naqosy), teknik bantah-membantah (al-mujadalah), teknik barain storming (sumbang saran). Teknik lain adalah teknik bercerita (al-Qoshos), teknik metafora (al-amisal), teknik drill (al-mumarosah al-amal), teknik koreksi dan kritik (at-tanbiqiah), teknik perlombaan (al-musabaqah).

4.      Model Pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran pendidikan Islam. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru yang mengacu pada metodologi pembelajaran agama Islamyang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam.
D.    Kesimpulan
Adanya tuntutan mutu pendidikan dan kurang variatifnya penggunaan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran mengakibatkan proses dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan harapan dan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, baik didalam model, pendekatan, strategi maupun metodenya guna mengoptimalkan potensi siswa yang teraktualisasikan dalam mendesain model dan skenario pembelajaran yang sangat berguna dalam mencapai iklim  PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) dengan proses IIM3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi)
Keanekaragaman model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran merupakan upaya agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik . Ini berarti tidak ada model, pendekatan, strategi maupun metode pembelajaran yang paling baik, atau yang satu lebih baik dari yang lain. Baik tidaknya akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar guna menghantarkan tercapainya semua tujuan-tujuan yang ingin diraih dalam kegiatan pendidikan Islam. 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Mukti. Metodologi penelitian Agama; sebuah pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1989.

Aripin, ilmu Pendidikan,Jakarta : Bumi aksara,2000.

Airasian. Peter W,Kerangka Pembelajaran Pengajaran dan Assemen,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Bahri. Syaiful, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Daradjat.Zakiah,Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Hajar.Ibnu, Hypno Teaching, Jogjakarta:Diva Press,2012.

Mujib.Abdul & Juyuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Marno&M. idris, Strategi & Metode Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

Sudjana.S, DKK.Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif.Bandung : Falah Production,2001.

Sanjaya.Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2007.



[1]Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta : Kencana, 2007), xiv.
[2]Syaiful Bahri& Asan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 1.
[3]Aripin, ilmu Pendidikan.(Jakarta : Bumi aksara,2000)  56
[4]Sujadna S. DKK. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung : Falah Production,2001), 37
[5]Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran..., (Jakarta : Kencana, 2007). 15
[6]Ibid., 15
[7]Sujadna S. DKK. Metode….,(Bandung : Falah Production,2001),.37-39
[8]Marno&M. idris, Strategi & Metode,…(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), . 109
[9]Peter W. Airasian, Kerangka Pembelajaran Pengajaran dan Assemen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),   84
[10] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 292
[11]Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 85
[12]Sudjana.Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. (Bandung: Falah Production,2001),  15-16
[13]Abdul Mujib & Juyuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 178
[14]Ibid, 179
[15]A. Mukti Ali, Metodologi Penelitian Agama :sebuah pengantar,(Jogyakarta  : tiara wacana Jogya, 1989). 74.

Kamis, 21 Februari 2013

PENDIDIKAN ISLAM


 
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
Pendidikan atau tarbiah, menurut pandangan Islam, adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia. Allah adalah Rabb al Alamin, juga Rabb al Nas. Tuhan adalah yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidik manusia. Karena manusia adalah khalifah Allah, yang berarti bahwa manusia mendapat kuasa dan limpahan wewenang dari Allah untuk melaksanakan pendidikan terhadap alam dan manusia, maka manusialah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan tersebut.[1]
Seperti dalam Firman Allah yang berbunyi: al-An’am 165
اتَّبِع ما أوحِىَ إِلَيكَ مِن رَبِّكَ ۖ لا إِلٰهَ إِلّا هُوَ ۖ وَأَعرِض عَنِ المُشرِكينَ ﴿١٠٦﴾
“Ikutlah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
Mendidik atau melaksanakan aktifitas al tarbiah, menurut arti dasarnya adalah mempertumbuh dan mengembangkan alam dan manusia. Ini berarti bahwa manusia harus mendidik diriya sendiri agar menjadi tumbuh dan berkembang bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan alam. Jadi pendidikan adalah aktifitas manusia terhadap manusia dan untuk manusia. Pendidikan meyangkut pula masalah-masalah yang berhubungan  dengan sifat dasar manusia, hakikat dan tujuan hidupnya, serta hal-hal lain dalam perikehidupanya.
1
 
Pendidikan, sebagai bagian dari tugas kekhalifahan manusia, menurut pandangan Islam, harus dilaksanakan oleh manusia dengan rasa tanggung jawab. Pertangung jawaban baru bisa dituntut kalau ada aturan dan pedoman pelaksanaanya. Oleh karenanya Islam tentunya memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek kependidikan. Yang mana akan dibahas dalam makalah yang berjudul Pemikiran Filosofis Tentang Dasar Dan Tujuan Pendidikan Islam.
  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dasar dan tujuan pendidikan Islam?
2.      Bagaiamana pijakan/dalil naqli tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam?
3.      Bagaimana rumusan pemikir muslim tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam?
  1. Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dasar dan tujuan pendidikan Islam
2.      Untuk mengetahui pijakan/dalil naqli tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam
3.      Untuk  mengetahui rumusan pemikir muslim tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam









 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dasar dan tujuan pendidikan Islam
1.      Pengertian Pendidikan Islam
Dalam konteks pemikiran pendidikan Islam, ada beberapa istilah yang digunakan untuk makna pendidikan, yaitu tarbiah yang akar katanaya rabba, ta’dib yang akar katanya addaba, dan ta’lim yang akar katanya ‘allama.[2]
Meskipun demikian istilah ini menunjukkan pada orientasi dan pendekatan yang berbeda-beda, namun ungkapanya sering ditemukan dikalangan pemikir muslim.
Penggunaan ketiga istilah di atas, tentu membawa konsekwensi dan implikasi yang berbeda dalam pelaksanaan dan pengaturan strategi pendidikan itu sendiri.
Istilah tarbiah dalam pemahamannya yaitu memberikan aksentuasi kegiatannya pada proses pendidikan yang dilakukan dengan sadar dan terprogram, teratur, sistematis, penuh pertimbangan dan terarah pada suatu tujuan. Tegasnya istilah ini lebih tepat jika ditujukan pada pendidikan formal.[3]
3
 
Istilah ta’dib dalam hal ini, memberikan tekanan aktifitasnya pada pembinaan perilaku secara umum, sehingga lebih tepat ditujukan untuk menyebut pendidikan dalam maknanya yang lebih luas, baik dalam bentuk formal, informal maupun yang non formal.
Secara definitive, Omar Mohammad al-Toumy al-Syaebani menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan kehidupan dalam alam sekitarnya.
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.[4]
Dari berbagai literatur terdapat berbagai macam pengertian pendidikan Islam. Pendidikan Islam dapat berarti pula lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kegiatan yang menjadikan Islam sebagai identitasnya, baik dinyatakan dengan semata-mata maupun tersamar.[5]
Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.[6]
2.      Tujuan Pendidikan Islam
Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui syariat Islam. Pengkajian alam semesta yang disertai pemahaman atas kejelasan landasan dan tujuan penciptanya akan memperkuat keyakinan dan keimanan manusia atas keberadaan Allah.[7]
Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia menciptakan manusia dengan tujuan untuk menjadi kholifah dimuka bumi melalui ketaatan kepada-Nya. Untuk mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan hidayah serta berbagai fasilitas alam semesta kepada manusia. Artinya manusia dapat memanfaatkan alam semesta ini sebagai sarana merenungi kebesaran Penciptanya. Hasil perenungan itu memotivasi manusia untuk lebih menaati dan mencintai Allah. Disisi lain, Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih pekerjaan mana yang akan dipilih manusia, kebaikan atau keburukan. Namun, malalui para Rasu, Allah memberi petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata untuk beribadah kepada Allah.[8]
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia  menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat az Dzariyat ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jika tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, pendidikan harus memiliki tujuan  yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimanapun, pendidikan Islam sarat dengan pengembangan nalar dan penataan perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara social.[9]
B.   Pijakan/dalil Naqli Tentang Dasar dan Tujuan Dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Sebagai aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.
Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah al-Quran dan al-Hadis.[10] Dalam al-Quran, surat Asy-Syuara’, ayat 52:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي إِنَّكُمْ مُتَّبَعُونَ (٥٢)
“(Allah berfirman): Dan Kami wahyukan kepada Nabi Musa: "Hendaklah engkau membawa hamba-hambaKu (kaummu) keluar pada waktu malam; sesungguhnya kamu akan dikejar (oleh Firaun dan tenteranya)".
Hadis Nabi yang artinya:
“sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (Al-Ghazali, Ihya’ulumuddin h. 90).
Dari ayat al-Quran dan hadis diatas dapat diambil titik relevansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat:
1.      Bahwa al-Quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT.
2.      Menurut Hadis Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebgai Usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3.      Al-Quran dan Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajran-ajaran Islam bersifat universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dalam hubungan-nya dengan sang khalik yang diatur dalam ubudiah, juga dalam hubungan dengan sesamanya yang diatur dalam muamalah, masalah berpkaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan sebagainya.
Urutan prioritas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana diilustrasikan berturut-turut dalam al-Quran surat Luqman ayat 3:
a.       Pendidikan keimanan kepada Allah SWT.
Surat al-Luqman ayat: 3
هُدًى وَرَحمَةً لِلمُحسِنين ه ﴿٣﴾ُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ
“Menjadi hidayah petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang sedia mengerjakan amal-amal yang baik(al-Luqman: 3)
Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
b.      Pendidikan Akhlaqul Karimah
Sejalan dengan usaha membentuk dasar keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Berakhlak yang mulai adalah modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antar sesamanya. Baik muamalah dengan Allah ataupun muamalah dengan sesame baik individu ataupun kolektif. Tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak terbatas pada tali hibungan antara manusia dengan manusia akan tetapi melebihi itu, juga mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini.
c.       Pendidikan Ibadah
Ibadah secara awam diartikan sesembahan, pengabdian, sebenarnya adalah istilah yang paling luas dan mencakup tidak hanya penyembahan, tetapi juga hubungan dengan laku manusia meliputi kehidupan. Disebut manusia yang taat adalah ketika seseorang/hamba bisa dengan taat patuh dengan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
وَما خَلَقتُ الجِنَّ وَالإِنسَ إِلّا لِيَعبُدونِ ﴿٥٦﴾
“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu”.
يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَموتُنَّ إِلّا وَأَنتُم مُسلِمونَ ﴿١٠٢﴾
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
  1. Beberapa rumusan  pemikir  muslim tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam
Pertama kali adanya pemikiran pendidikan Islam diawali dengan adanya pada pemikiran pendidikan pada masa Nabi SAW, masa khulafa Ar-Rasyidin, masa Umayyah, dan masa Abbasyiah, yang selanjutnya mengenai pemikiran para tokoh tentang pendidikan Islam yang akan dibahas dalam  bahasan berikut:
  1. Hasan Al-Banna
Istilah pendidikan dalam konteks ajaran Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan term kata, atta’lim, attarbiah, at-tahzib dan lain-lain. Hasan Al-Banna sering menggunakan istilah pendidikan dengan at-tarbiah dan ta;lim. At-tarbiah adalah proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Seringkali pula kata at-tarbiah diartikan dengan pendidikan jasmani, pendidikan akal, dan pendidikan qalb. [11]Sedangkan ta’lim adalah proses transver ilmu pengetahuan agama yang menghasilkan pemahaman keagamaan yang baik pada anak didik sehingga mampu melahirkan sifat-sifat dan sikap-sikap yang positif (ikhlas, percaya diri, kepatuhan, pengorbanan, dan keteguhan). [12]
Pendidikan disini dipandang sebagai proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki anak didik dengan jalan mewariskan nilai-nilai ajaran Islam. Aktualisai yang dikehendaki adalah dapat melahirkan sosok individu yang memliki kekuatan jasmani, akal dan qalb guna mengabdi pada Allah serta mampu menciptakan lingkungan hidup damai dan tentram. Oleh karena itu pendidikan disini lebih berorientasi pada ketuhanan, bercorak universal, dan terpadu, bersifat konstruktif, serta membentuk persaudaraan dan keseimbangan dalam hidup dan kehidupan.
Lebih detail dalam kajian ini ada beberapa tujuan pendidikan pada tingkat individu mengarah pada beberapa hal, diantaranya adalah:
a.       Setiapa individu memiliki kekuatan fisik sehingga mampu menghadapi berbagai kondisi lingkungan dan cuaca.
b.      Setiap individu memiliki pemahaman akidah yang benar berdasarkan al-Quran dan sunnah.
c.       Setiap individu memiliki kemampuan untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri atas syariat Allah melalui ibadah dan kebaikan.
d.      Setiap individu mampu menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.[13]
  1. Muhammad Natsir
Salah satu konsep pendidikan yang terkenal dari tokoh ini adalah konsep pendidikan yang integral, harmonis, dan universal. Konsep pendidikan tersebut tidak lain adalah bersumber dari Al-Quran dan hadis yang merupakan reaksi dan refleksi terhadap sosio-historis yang ditemukan masyarakat.[14] Natsir menilai bahwa pendidikan yang dilaksanakan oleh masyrakat Islam tidak sesuai dengan konsep pendidikan ideal yang dicita-citakannya. Konsep pendidikan yang ada adalah konsep pendidikan yang dikotomis dan disharmonis bukan yang universal, integral, dan harmonis. Kondisi tersebut akibat dari penjajahan barat selama berabad-abad.
Maka, dari semua jenis pendidikan hendaknya bertumpu kepada suatu dasar maupun tujuan tertentu. Sedangkan tujuan utama dari pendidikan adalah ajaran tauhid, mengenal Tuhan, mempercayai, dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Tauhid diperlukan untuk menjaga harmoni dan keseimbangan antara intelektual dan spiritual, antara jasmani dan ruhani, dan antara duniawi dan ukhrowi.
Sasaran ajaran tauhid adalah pembentukan kepribadian yang juga menjadi sasaran tujuan pendidikan. Keyakinan terhadap keesaan Allah akan menempa seseorang menjadi tangguh pribadinya dalam melaksanakan tugas kemanusiaan sebagai hamba Allah, berani hidup mengarungi berbagai kesulitan, bahaya, tipu daya, dan malapetaka. Sebagai makhluk social, seorang anak yang telah tertanam dasar tauhid akan mampu melaksanakan kewajiban dengan penuh tanggung jawab demi kepentingan masyarakat. Tauhid pada hakikatnya adalah landasan dari seluruh aspek kehidupan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SAW.
Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan tujuan hidup. Tujuan hidup seorang muslim adalah berserah diri pada Allah, pengabdian diri kepada Allah.



 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Pendidikan Islam telah didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengaruhi pandangan dunia masing-masing. Namun, pada dasarnya, semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam semacam kesimpulan. Bahwa pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan Hidupnya secara lebih efektif dan efesien.
  2. Dasar pendidikan Islam adalah nilai-nilai social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran al-Quran dan Hadis atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemadlaratan bagi manusia.
  3. Beberapa rumusan  pemikir  muslim tentang dasar dan tujuan pendidikan Islam
Baik, Hasan al-Banna dan Muhammad Natsir mengganggap Pendidikan sebagai proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki anak didik dengan jalan mewariskan nilai-nilai ajaran Islam. Aktualisai yang dikehendaki adalah dapat melahirkan sosok individu yang memliki kekuatan jasmani, akal dan qalb guna mengabdi pada Allah serta mampu menciptakan lingkungan hidup damai dan tentram. Sedangkan tujuan utama dari pendidikan adalah ajaran tauhid, mengenal Tuhan, mempercayai, dan menyerahkan diri kepada Tuhan.





 
 

DAFTAR RUJUKAN
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, Surabaya: Elkaf. 2006.
Abdur Rahman Assegaf, Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Suka Press, 2007.
Arifin. M, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta, 1993.
Azra. Azyumardi,  Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium baru, Jakarta: Logos, 2000.
Langgulung. Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004.
Muhmidayeli, filsafat Pendidikan, Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Riyadi. Ahmad Ali, Filasafat pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2010.
Susanto. A,  Pemikiran pendidikan Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009.
Tobroni, Pendidikan Islam Paradigm Peologis Filosofis dan Spiritualitas, Malang:  UMM Press, 2008.
Zuhairini, filsafat pendidikan Islam, Jakarta:  Bumi Aksara, 2008.



[1] Zuhairini, filsafat pendidikan Islam, (Jakarta:  Bumi Aksara, 2008), 149
[2] Muhmidayeli,  filsafat Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011),  65.

[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium baru, (Jakarta: Logos, 2000),  4
[4] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980),  94.
[5] Tobroni, Pendidikan Islam Paradigm Peologis Filosofis dan Spiritualitas, (Malang:  UMM Press, 2008), 13.
[6]Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Surabaya: Elkaf. 2006), 6.
[7]Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), 116.
[8]Ibid.
[9]Ibid,.117.
[10]Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2004), 24.
[11] Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam,… (Jakarta: Gema Insani, 1995), 123.
[12]A. Susanto,  Pemikiran pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), 65.
[13] Ibid., 67.
[14] Ibid., 119.